Kamis, 19 Maret 2009

BUDIDAYA JAMUR TIRAM

BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Jamur dikenal sebagai bahan makanan pelengkap yang dikonsumsi masyarakat, karena memiliki nilai gizi tinggi. Sebagian besar jamur yang dibudidayakan merupakan jamur pangan, namun ada juga jamur yang berkhasiat untuk obat. Hasil penelitian kedokteran secara klinis menyatakan bahwa kandungan senyawa kimia jamur tiram berkhasiat mengobati berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan kolesterol, anemia, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio dan influenza serta kekurangan gizi (Wahyuni, 2005). Masyarakat Cina sejak ratusan tahun lalu mempercayai bahwa ramuan jamur sebagai bahan obat dan bahan makanan yang berfungsi sebagai exilir of life atau obat/makanan yang dapat menyehatkan seseorang (Suriawiria, 2002).
Jamur tiram memiliki peluang yang cukup tinggi dan menguntungkan untuk dikembangkan. Pasar jamur sangat luas, selain untuk konsumsi dalam negeri juga untuk pasar luar negeri (ekspor). Banyaknya restoran Cina dan Jepang yang menyajikan makanan berbahan dasar jamur, semakin meningkatkan permintaan jamur oleh para konsumen. Jamur sebagai komoditas perdagangan dikenal luas baik dalam bentuk segar, kering maupun olahan.
Budidaya jamur tiram biasanya dilakukan pada media alami yaitu serbuk gergaji kayu dan bekatul tanpa penambahan pupuk, insektisida maupun hormon. Jamur tiram membutuhkan beberapa unsur hara seperti karbon, nitrogen, fosfor, sulfur, kalium dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur-unsur tersebut telah tersedia di dalam kayu, tetapi tidak sebanyak yang dibutuhkan, sehingga perlu dilakukan penambahan unsur hara melalui penambahan pupuk.
Serbuk gergaji kayu merupakan limbah dari industri kayu yang pada umumnya masih belum banyak dimanfaatkan tetapi jumlahnya cukup melimpah. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah dari limbah gergaji kayu tersebut adalah dengan memanfaatkannya sebagai salah satu bahan baku media tanam jamur tiram putih. Jenis serbuk gergaji yang dapat dimanfaatkan sebagai media tanam jamur adalah serbuk gergaji kayu lunak hingga keras. Serbuk gergaji kayu albasia merupakan salah satu limbah industri pengolahan kayu yang mempunyai potensi untuk digunakan sebagai media tanam jamur tiram putih karena mengandung selulosa, lignin dan pektin yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur.
Menurut Mahrup (2005), cara mempersingkat proses pertumbuhan jamur dari media induk ke media sebar yaitu mencampur bahan pokok seperti limbah gergaji kayu, dedak halus, tepung jagung dan kapur. Limbah gergaji kayu berperan sebagai media tanam, dedak dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein, sedangkan kapur sebagai sumber mineral dan pengatur pH (Wahyuni, 2005).
Penambahan pupuk dilakukan untuk meningkatkan sumber nutrisi yang dibutuhkan oleh jamur sehingga pertumbuhan dan perkembangannya lebih baik dan produksi yang dihasilkan akan lebih tinggi. Penggunaan pupuk anorganik sudah memasyarakat karena pupuk buatan sangat praktis, mudah diperoleh, pemakaian dapat disesuaikan dengan ketersediaan dan kebutuhan unsur hara. Setyamidjaja (1986), menyatakan bahwa untuk mendapatkan efisiensi yang optimal, pupuk diberikan dalam jumlah yang cukup yaitu tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Pentingnya pemberian pupuk yang tepat merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan. Hal ini disebabkan pupuk memberikan tambahan nutrisi pada media yang akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan serta pemunculan tubuh buah.
Upaya untuk meningkatkan hasil jamur tiram perlu terus dilakukan, dan penggunaan pupuk merupakan alternatif peningkatan produksi jamur tiram. Penambahan pupuk NPK pada media tanam dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan miselium jamur tiram putih. Komposisi media tanam jamur tiram berupa limbah serbuk gergaji kayu dan jagung giling dengan dosis pupuk NPK tertentu dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga perlu dikaji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar